cek hotel & penerbangan harga murah !!!

Bumi Makin Panas, Terumbu Karang Mengungsi

Written By Unknown on Sabtu, 16 Juni 2012 | Sabtu, Juni 16, 2012

foto

                       Terumbu karang

Pemanasan global berdampak pada terumbu karang yang hidup di dasar lautan. Penelitian terbaru oleh Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) menunjukkan sebagian binatang ini memilih mengungsi.

Menurut peneliti kelautan dari WHOI Kristopher Karnauskas, terumbu karang di kawasan ekuator Pasifik kegerahan. Beberapa kelompok terumbu karang memilih pindah ke beberapa pulau kecil yang sejuk.

"Pulau-pulau kecil di tengah lautan membantu terumbu karang mengatasi penurunan populasi akibat pemanasan global," ujarnya. "Ini konsep yang indah."

Ketepatan ramalan Karnauskas bisa diuji pada salah satu daerah di tengah Samudra Pasifik. Kepulauan Gilbert di Kiribati, daerah yang dimaksud, merupakan daerah dengan kenaikan suhu yang relatif rendah dibandingkan tempat lain. Akibatnya, organisme seperti alga memilih pindah ke tempat sejuk ini. Terumbu karang mengikuti jejak alga. Kedua organisme ini bersimbiosis satu sama lain.

Uniknya, pengungsi bawah laut ini menempati lokasi kuburan terumbu karang yang mati akibat pemanasan global. "Seperti kolonisasi ulang daerah yang telah hancur," katanya.

Terumbu karang merupakan binatang yang menjadi tempat tumbuhnya tumbuhan kecil dan alga. Proses fotosintesis organisme penumpang ini menjadi sumber energi bagi terumbu karang. Ketika air laut berubah panas, terumbu karang akan melepaskan tumbuhan kecil dan alga. Proses ini disebut sebagai pemutihan (bleaching).

Republik Kiribati berada di daerah yang dilewati oleh arus bawah laut ekuatorial yang mengalir dari timur ke barat. Perhitungan WHOI memperlihatkan pemanasan global menguatkan arus ini hingga 14 persen. Saat menghantam pulau, arus bawah laut menyeruak ke permukaan. Lokasi kenaikan arus laut menjadi habitat nyaman bagi terumbu karang.

"Tingkat kenaikan air laut mencapai 50 persen," ujar Karnauskas.

Penelitian mengenai migrasi terumbu karang ini terbit di jurnal Nature Climate Change yang terbit pada 30 April 2012.