Temanku banyak dan bertanduk dua semuanya , mukanya
merah karena setiap hari menemaniku mabuk dan indehoi, pokoknya nikmat
dunia terasa indah dan dan hanya aku dan teman-temanku yang memiliki
muka busuk yang selalu ada dan hidup…
Seketika aku terjerembab, terjatuh, merintih terus
menagis bahkan meraung-raung, hartaku habis, wanitaku pergi semuanya,
kawan-kawanku mempecundangiku, pergi entah kemana, aku semakin jatuh
lagi istriku pergi, anak-anakku tiada yang mau menemaniku, aku sendiri
sekarang dalam dunia yang sunyi dalam dunia yang tiada aku kenal, aku
terkapar, aku pingsan dan aku terseok-seok……. hancur dan luluh lantah
bathinku sepertinya dunia tidak mau menemaniku…
Dalam kesedihan yang teramat dalam, orang-orang yang
dulu aku hina, aku kucilkan, aku tindas datang menemui, menjengukku,
menjagaku, memberikan aku sesuap makanan dan segelas air dan dahagaku
mulai terasa hilang, aku melihat mereka semuanya begitu baik padaku,
tersenyum, aku dipeluknya dan aku memeluknya, aku menagis
sejadi-jadinya terhadap mereka yang sudah aku sakiti begitu rupanya tapi
mereka begitu baiknya membalasku. Tak terasa sebuah tangan yang halus
mengapaiku dan menuntunku kesebuah sungai yang luas, air yang dingin
dan sejuk aku rasakan saat sahabat baruku mengajariku cara-cara
membasuh muka, hidung, tangan, kuping dan kaki dan aku meraskan sesuatu
yang hilang selama ini dihatiku, sebuah ketenangan yang sangat
lembutnya membasuh juga hatiku. sahabtku terus menuntunku berjalan
kesebuah bagunan yang sangat sederhana tidak seperti kerajaanku dulu
yang luas dan mewah bahkan setelah aku berada didalamnya hanya hamparan
kain lusuh yang terbentang. aku tertengun, “apakah gerangan nama
bagunan ini?” kok seperti ini?” dan lamunan ku buyar saat seseorang
sepertiku berdiri mengucapkan lapaz yang sering aku dengar tapi tidak
pernah aku perdulikan begitu syahdunya dan tenangnya, aku terbawa dalam
kedamaian yang selama ini hilang dan tak seberapa lama sahabtaku
mnegajakku untuk berdiri sejenak dan aku terheran-heran gerakan apa
yang barusan aku lakukan, berdiri, bungkukkan badan, bersujud, duduk dan
berdiri lagi, aku teringat kembali disaat ku kecil orang tuaku
mengajarin semua gerakan ini dan setelah dewasa dan meiliki kerajaan
kecil aku terlupa. Tak terasa air mataku menetes dan terus menetes
membasahi pipi dan temapat sujudku… ah.. rasanya damai sekali dan tiada
yang dapat mengalahkan kedamaian itu……
Dan tanpa sadar aku berucap Ya Allah, aku sering
melupakanMu, aku sering tidak mengingatMu disaat orang melapazkan
seruan untuk bersujud sejenak, Ya Allah aku adalah hambamu yang hina
dina, aku adalah sampah dimataMu yang tiada berguna.. Ya Allah apakah
Engkau masih mau menerimaku disaat kemiskinanku datang, disaat tiada
aku memiliki kawan? Ya Allah aku bersujud padaMU..
Tak terasa peluhku keluar dari tubuh yang lemah ini,
tak berdaya dan tak berupaya lagi, aku terbawa dalam keheningan sesaat
disaat seseorang menyapaku “Biarkanlah masa lalu itu
menjadi pelajaran dan hikmah bagimu dan jadikanlah hari ini menjadi
detik kebaikanmu untuk masa depanmu kelak. percayalah Allah Maha
Melihat Hati setiap umatnya dan Dialah Yang Tidak Pernah Tidur”